Tugas PTI "Manufaktur dan Manajemen Material"
Contoh Aplikasi dalam Proses Manufaktur dan Manajemen Material dalam Perusahaan
SAP R/3


SAP R / 3 adalah Aplikasi yang digunakan untuk memproses semua data yang diperlukan untuk mengelola semua sumber daya yang dimiliki oleh suatu perusahaan.
Tujuan SAP :
-  meningkatkan kecepatan proses bisnis perusahaan
-  membuat sistem lebih mudah bagi user

-  meningkatkan konsistensi

Modul apa saja yang dimiliki SAP?

SAP pada dasarnya menyediakan semua solusi untuk semua fungsi dalam perusahaan, dalam industri manapun. Tapi pada umumnya modul SAP yang sering dipakai adalah:
§FICO (Financial Controlling)
§SD (Sales & Distribution)
§MMPP (Material Management, Production Planning and Control/Manufacturing)
§HR (Human Resources)

Modul-Modul Dalam SAP R/3


1.Modul Manajemen Material(MM) Dalam SAP
  SAP Materials Management (SAP-MM) adalah salah satu modul di SAP ERP yang mendukung proses manajemen/pengelolaan material di perusahaan, mulai dari pengadaan (procurement) hingga proses operasional inventoryharian. Material dalam SAP MM dapat berwujud barang siap jual (finished goods) atau bahan yang akan digunakan sebagai bahan dalam proses produksi (raw materials). Pengelolaan material sangat penting bagi perusahaan dalam menghadapi kondisi persaingan yang semakin berat.

Fungsi-fungsi utama yang ada di SAP MM adalah sebagai berikut:

Material Requirement Planning
Material Procurement
Inventory Management
Invoice Verification
Material Valuation

Logistics information System

Fungsi-fungsi utama yang ada di SAP MM

qMaterial Requirement Planning
Tujuan utama dari Material Requirement Planning (MRP) adalah untuk memonitor stok dan membuat order proposal secara otomatis ke bagian pembelian berdasarkan berbagai metode requirements planning. Data yang digunakan dapat dikonfigurasi berdasarkan reorder point principle atau menggunakan teknik peramalan (forecasting).
qPurchasing
SAP MM menyediakan fungsional Purchasing untuk mengoptimalkan proses pembelian atau pengadaan material. Proses yang ditangani mulai dari permintaan pembelian (purchase requisitions) hingga pembuatan purchase order (PO) atau perjanjian pembelian jangka panjang. Purchasing juga menentukan apakah order dapat dibuat berdasarkan quotations yang sudah ada atau perlu membuat request for quotations (RFQ) terlebih dahulu. SAP MM juga menyediakan informasi untuk evaluasi dan pemilihan vendor.

qInventory Management
Semua transaksi yang mengakibatkan perubahan stok material akan ditangani oleh Inventory Management. Transaksi-transaksi tersebut adalah:
Goods Receipts
Return Deliveries
Planned and Unplanned Stock Withdrawals
Stock Transfers
Reservations
Stock Adjustment
Semua proses entry, pemeriksaan, pembetulan yang mengakibatkan perubahan stok akan dilakukan secara real timesehingga data yang disimpan bersifat up to date dengan error seminimal mungkin. Hal ini sangat penting untuk menghasilkan perencanaan dan kontrol material yang akurat dan efisien.
qInvoice Verification

Invoice Verification digunakan untuk memeriksa tagihan (invoice) dari vendor yang masuk dan mencocokannya dengan data Purchase Order dan Goods Receipt yang ada. Invoice Verification menghubungkan SAP MM dengan SAP Financial Accounting & Controlling (FICO) dan Assets Management. Jika hasil pemeriksaan sesuai, posting akan dilakukan dan tagihan akan dibayar. Jika tidak sesuai, pembayaran untuk invoice tersebut akan di-block.
qMaterial Valuation
Nilai dan harga dari sebuah material akan terus berubah seiring berjalannya waktu. Untuk menangani hal tersebut, SAP MM menyediakan fungsi Material Valuation. Metode yang dapat digunakan dalam standar SAP MM adalah LIFO, FIFO dan lowest value determination.
qLogistics Information System

Logistics Information System mendukung pengambilan keputusan untuk proses harian (day-to-day) atau keputusan strategic melalui data-data dan variabel analisa yang ada. Logistics Information System yang digunakan dalam SAP MM meliputi Inventory Controlling (INVCO) dan Purchasing Information System (PURCHIS).

2. Modul Production Planning Control/Manufacturing (PP)

 Pengertian production planning adalah perencanaan produksi dan manufaktur dalam sebuah perusahaan atau industri untuk memenuhi keinginan customer berdasarkan data masa lampau. Production planning melibatkan sumber daya karyawan, bahan dan kapasitas produksi dalam rangka untuk melayani kebutuhan customer.
  Modul PP ini didasarkan pada pendekatan klasik
Materials Requirement Planning (MRP II), dan dengan
demikian menjalankan fungsi yang serupa dengan MRP II
dalam merencanakan dan mengendalikan jalannya material
sampai kepada proses delivery produk.

Fungsi PPIC secara umum 

1. Mengelola pesanan (order) dari pelanggan. Para pelanggan memasukkan pesanan- pesanan untuk berbagai produk. Pesanan-pesanan ini dimasukkan dalam jadwal produksi utama, ini bila jenis produksinya make to order.
2. Meramalkan permintaan. Perusahaan biasanya berusaha memproduksi secara lebih independent terhadap fluktuasi permintaan. Permintaan ini perlu diramalkan agar skenario produksi dapat mengantisipasi fluktuasi permintaan tersebut. Permintaan ini harus dilakukan bila tipe produksinya adalah make to stock.

3. Mengelola persediaan. Tindakan pengelolaan persediaan berupa melakukan transaksi persediaan, membuat kebijakan persediaan pengaman, kebijakan kuantitas pesanan, dan mengukur performansi keuangan dari kebijakan yang dibuat.


4. Menyusun rencana agregat (penyesuaian permintaan dengan kapasitas). Pesanan pelanggan dan atau ramalan permintaan harus dikompromikan dengan sumber daya perusahaan (fasilitas, mesin, tenaga kerja, keuangan, dan lain-lain). Rencana agregat bertujuan untuk membuat skenario pembebanan kerja untuk mesin dan tenaga kerja (reguler,lembur, dan subkontrak) secara optimal untuk keseluruhan produk dan sumber daya secara terpadu (tidak per produk).

5. Membuat Jadwal Induk Produksi (JIP). JIP adalah suatu rencana terperinci mengenai apa dan berapa unit yang harus diproduksi pada suatu periode tertentu untuk setiap item produksi. JIP dibuat dengan cara (salah satunya) memecah (disagregat) rencana agregat kedalam rencana produksi (apa, kapan, dan berapa) yang akan direalisasikan JIP ini apabila telah dikoordinasikan dengan seluruh departemen akan jadi dasar dalam PPC. JIP ini akan di-”review” secara periodik atau bila ada kasus. JIP ini dapat berubah bila ada hal yang harus diakomodasikan.

6. Merencanakan kebutuhan. JIP yang telah berisi apa dan berapa yang harus dibuat selanjutnya harus diterjemahkan ke dalam kebutuhan komponen, sub-assembly, dan bahan penunjang untuk penyelesaian produk. Perencanaan kebutuhan material bertujuan untuk menentukan, apa, berapa, dan kapan komponen, sub-assembly, dan bahan penunjang yang harus disiapkan. Untuk membuat perencanaan kebutuhan diperlukan informasi lain berupa struktur produk (Bill of Material) dan catatan persediaan. Bila hal ini belum ada, maka tugas departemen PPC untuk membuatnya.

7. Melakukan penjadwalan pada mesin atau fasilitas produksi. Penjadwalan ini meliputi urutan pengerjaan, waktu penyelesaian pesanan, kebutuhan waktu penyelesaian, prioritas pengerjaan, dan lain-lainnya.  
8. Monitoring dan pelaporan pembebanan kerja dibanding kapasitas produksi. Kemajuan tahap demi tahap dimonitor dan dibuat laporannya untuk dianalisis. Apakah pelaksanaan sesuai rencana yang telah dibuat?

9. Evaluasi skenario pembebanan dan kapasitas. Bila realisasi tidak sesuai rencana, maka rencana agregat, JIP, dan penjadwalan dapat diubah/disesuaiakan kebutuhan. Untuk jangka panjang, evaluasi ini dapat digunakan untuk mengubah (menambah) kapasitas produksi.